Tag Archives: nilai-lebih

Anti-Investasi? Anti-Nilai Lebih?

Standard

Catatan: tulisan ini ditujukan untuk refleksi (sambil lari alias on the run) mengenai dan di seputar kawan-kawan yang melakukan gerakan dalam mentransformasikan tatanan sosial-ekonomi berbasiskan rezim akumulasi profit/nilai lebih/bla..bla..singkatnya: kapitalisme. Kalau anda nggak terhitung di situ, tulisan ini akan nggak nyambung buat anda. Ya gitu deh, saya memang gak berniat jadi secangkir kopi hangat untuk semua orang.

Seringkali kita di organisasi gerakan menolak skema investasi untuk usaha-usaha kita dengan alasan sang investor mendapatkan nilai lebih dalam bentuk riba tanpa harus bekerja, mencucurkan keringatnya. Sebenarnya, kalau aktivitas investasi/penyertaan modal kita lihat ‘asal-usul kerja’-nya; benernya kan dia juga adalah hasil mempekerjakan tenaga kerja sang investor, yang hasil tersebut sudah “dibekukan” dalam suatu bentuk–yi. uang/modal. Jadi sebenarnya secara etis, sah-sah aja dia dapet nilai lebih. Duit yang dia dapet ‘kan dari hasil kerja dia di tempat lain yang ditransferkan ke unit usaha-usaha kita.

Karena bukankah hal ini yang selama ini terjadi? Kita melakukan kerja utk organisasi gerakan kita ‘kan sebenarnya yang terjadi adalah kita mentransferkan kerja transaksional berprofit kita di luar, dan kita salurkan ke organisasi dalam bentuk ‘kerja gratis’. (Cat: ini untuk organisasi yang bukan LSM besar berdonor miliaran ya). Bukankah energi, waktu, tenaga, pikiran, dst., yang kita curahkan untuk organisasi secara gratisan (dlm artian demi idealisme-idealisme kita di organisasi), HANYA MUNGKIN KITA DAPAT dari penghidupan yang kita secure/dapatkan secara transaksional dari luar (dari dunia kapitalistik ini), entah lewat saluran bos atau (uang sangu atau warisan) orang tua kita. Hanya dengan penghidupan yang relatif secured, baru lah kita bisa beraktivitas semalam suntuk di organisasi, caci-maki penguasa/pemodal, diskusi muluk-muluk teori dan filsafat sana sini.

Jadi, si kedua bentuk “penyertaan modal” ini nggak ada beda secara prinsipil. Cuma beda di bentuk aja: yang satunya “duit”, yang lainnya “energi, waktu, tenaga, pikiran, dst.” Tapi asal-usul dan sumbernyanya tetep satu: kapitalisme, atau bahasa kita tadi, “rezim profit nilai lebih”.

Sehingga secara prinsipil, agak paradoks kalau kita menolak investasi transaksional, sementara kita terbuka untuk “kerja-kerja gratis” kawan-kawan di organisasi–dan menetralkan seolah2 kerja2 itu nggak didapat dan dimungkinkan dan disponsori oleh sistem ini.

Hal ini bukannya kemudian pro terhadap investasi kapitalistik. Cuma, kita perlu clear mendudukkan persoalan riba2-an dan anti-anti-investasi ini. Apanya di riba/investasi yg kita tolak? Apa cuma dibentuknya yang sudah terstigmakan dengan negatif2?–atau emang secara prinsipil. Kalo secara prinsipil, seperti yang saya tunjukkan dgn analogi kerja gratis anggota organisasi gera’an, alasan penolakan kita kontradiktif!

18389346-business-man-talk-invest-and-profit-cartoon-character-concept-stock-vector

(gambar di ambil dari sini)